Postingan Populer
-
Bukan!! Ini bukan 'Kisah Sepotong Roti' yang pernah kamu baca sebelumnya. Kisah ini adalah kisah fiksi karangan saya sendiri. Kis...
Rabu, 29 Mei 2019
Sang Penggoda
Seberapa besar arti sebuah kesetiaan dalam sebuah hubungan?
Apa arti komitmen dalam sebuah pernikahan yang sakral?
Malam ini aku ingin bercerita tentang kisah dari seorang sahabat yang sedang tertimpa kemalangan dalam pernikahannya...
Cinta mereka berdua bersemi sedari usia remaja. Dengan sifat serta tradisi keluarga yang berbeda, mereka berdua menjalin cerita cinta nan romantis layaknya kisah roman dalam novel. Berawal dari pacaran kucing-kucingan, hingga berjuang bersama demi mendapatkan restu orang tua, pasangan ini akhirnya berhasil melewati segala rintangan dalam hubungan mereka.
Dengan modal pas-pasan, mereka nekat memutuskan untuk menikah di usia muda. Si wanita yang manja terpaksa harus menjadi karyawan setelah berstatus sebagai istri orang, sedangkan si pria yang ingin membuktikan bahwa dia adalah pria yang bertanggung jawab rela bekerja di sana sini demi menyambung hidup dan membelikan pakaian bagus untuk sang istri.
Memulai semuanya dari Nol, pasangan ini tak pernah merasa kekurangan walau dalam sehari hanya makan sekali saja karena harus menunggu awal bulan lagi dimana mereka menerima upah kerja sebagai buruh. Wanita ini mungkin dari keluarga berada, namun dia tak ingin menunjukkan bahwa dia hidup kesusahan dengan pria yang dipilihnya kepada keluarganya. Dia ingin orang tuanya tahu bahwa hanya dengan pria inilah dia bisa bahagia. Iya, saat itu.
Berkat kesabaran serta keras, pasangan bahagia ini sedikit demi sedikit mulai bangkit dari kesusahan awal pernikahan. Lima tahun pertama setelah pernikahan, sang pria akhirnya diterima di sebuah perusahaan besar sebagai kepala gudang. Sedang istrinya memulai bisnis kecil-kecilan dari rumah. Dia membuka usaha kuliner, hingga dua tahun setelahnya usahanya semakin besar dan bisa membuka rumah makan sendiri berkat sokongan modal dari sang suami.
Setahun setelahnya, mereka berdua dianugerahi dua anak sekaligus. Ya, sang istri memberikan hadiah tak terkira untuk sang suami, anak kembar yang lucu-lucu. Rasanya tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan mereka berdua saat itu.
Dua belas tahun setelah pernikahan, entah apa yang merasuki pikiran sang suami hingga akhirnya dia 'bermain api' dengana wanita lain. Bukan karena sang istri tidak cantik lagi, bukan juga karena sang istri berubah menjadi orang lain, namun 'Sang Penggoda' memang sudah berniat meruntuhkan istana cinta mereka.
Tak ada lagi keromantisan yang ditunjukkan suami untuk istrinya. Tak ada lagi kecupan hangat di pipi sebelum dan sepulang kerja. Tak ada lagi rayuan dan pujian untuk istri. Dan yang paling penting, tak ada lagi cinta yang menggebu sebesar yang istrinya rasakan. Semua memudar.
Tak butuh waktu lama hubungan waktu terlarang itu terembus dari istrinya. Naluri wanita begitu kuat hingga menembus hati dan otak suaminya. Perih, kecewa, marah, dan entah apalagi yang dia rasakan ketika suaminya akhirnya mengakui ada wanita lain.
Tertunduk dalam isak tangis tak henti, istrinya melihat apa yang kurang dari dirinya hingga suaminya berlari ke pelukan 'Sang Penggoda'. Apakah rasa cinta tak cukup? Apakah komitmen mereka tak berarti lagi? Apakah pernikahan yang sakral bisa hancur karena kekhilafan sang suami?
Beberapa hari lalu, sahabatku yang juga sosok istri dalam cerita ini berkunjung dengan keadaan yang begitu menyedihkan. Wanita yang kukenal periang dan sangat cantik ini membawa si kembar yang sudah beranjak remaja ke rumahku. Dengan amplop di tangannya, dia menceritakan kesedihannya disertai linangan air mata. Aku tak tahu entah ini tangisan ke berapa setelah perselingkuhan itu terjadi.
Dia tak meminta banyak, hanya suami yang pernah menjadikannya Ratu di istana cinta mereka kembali lagi. Dia tak perlu menjambak dan memukul Sang Penggoda itu, hanya ingin wanita idaman lain suaminya itu mengerti posisinya sebagai sesama wanita.
Dan untuk Sang Penggoda.. Hey! Masih merasa dirimu manusia? Tahukah kau apa yang menjadikanmu layak mendapatkan derajat yang tinggi? Pernahkah kau berpikir apa yang akan terjadi pada wanita yang kau rebut suaminya? Bisakah kau menanggung dosamu sebagai pengganggu dan pemisah rumah tangga yang sudah disatukan Tuhan? Mampukah kau membayangkan kesedihan yang istrinya rasakan ketika malam-malam romantis bersama pria yang kau panggil 'Sayang' sekarang itu kau curi? Dimana hatimu ketika melihat anak-anak mereka harus memilih hidup bersama Ayah atau Ibunya? Masih pantaskah kau disebut manusia?
Amplop yang dipegang sahabatku adalah surat gugat cerai. Surat yang nantinya akan memisahkan hubungannya dengan pria yang dulu berlutut memintanya menjadi wanita yang akan menemaninya seumur hidupnya. Amplop itu, berisi surat yang butuh tanda tangannya. Dengan sebuah tanda tangan yang menentukan kehidupan dia dan si kembar setelah ini. Sebuah amplop yang isinya mungkin bisa membuat Sang Penggoda bertepuk tangan dan berbahagia di atas penderitaan wanita lain.
Pukul 23.40 malam, dengan tangan yang gemetar, sahabatku yang kini sedang menghapus air matanya menandatangani surat yang diberikan suaminya. "Aku tak berharap dia menderita. Aku hanya berharap, aku tak menyesal pernah memilih dia dalam hidupku yang singkat ini," itu yang dia ucapkan padaku, lalu kita berdua berpelukan erat sambil menangis bersama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar